7 Keistimewaan Unik Dibalik Musik Klasik

7 Keistimewaan Unik Dibalik Musik Klasik

Terpejam, terbuai, lalu seolah mengawang di langit, merupakan keindahan yang berupaya musik klasik menawarkan dari segi perihal paling dasar dan esensi. Setiap jaman pada peristiwa musik Barat membawa kekhasan tersendiri, dan dalam rentang sementara yang lumayan lama, para komponis musik klasik itu berjuang mengabadikan sesuatu. Atas jasa para publisher, orkestra, pemain, group musik, produser rekaman, pakar tata suara, dan diseminasi atas rekamannya, kami selanjutnya begitu dekat bersama dengan musik klasik. Berikut ini merupakan keunggulan unik dibalik musik klasik.

1. Proses Penciptaannya

George Frederic Handel menganggap bahwa karya Oratorio The Messiah ciptaannya adalah karya yang murni mengalir begitu saja dikarenakan mendapat dukungan ilham dari Sang Khalik. Kita tak bisa membayangkan, bagaimana karya bersama dengan durasi lumayan panjang itu seperti menghantarkan kami pada suatu hal yang sublim, bahkan transenden. Padahal pada zaman dahulu tak ada Sibelius (sotware untuk menulis notasi). Handel hanya “menerawang” bunyinya. Begitupun para komponis lain yang melahirkan karya-karya besar: Haydn bersama dengan ratusan Simfoni, puluhan dari Mozart, terhitung belasan Simfoni Shostakovich yang kondang sulit dimainkan, dan seterusnya. Semua berdurasi panjang. Mereka menghabiskan banyak tinta pada jaman itu, dan saat karya itu berbunyi, kami makin dibikin tak percaya: bagaimana membuatnya?

2. Keabadian

Kebiasaan bakal menjadi sebuah tradisi, dan kebiasaan bakal menjadi sebuah legenda. Tidak enteng untuk membuat karya musik “tetap hidup” sepanjang ratusan tahun, dinikmati oleh milyaran orang di semua dunia, dan juga dijadikan metoda untuk banyak variasi pendidikan lintas budaya, bahkan untuk menyembuhkan sakit jiwa. Apa yang berlangsung pada fenomena musik klasik telah memperlihatkan perihal itu, di mana ke-abadi-an musik klasik itu menjadi keunggulan yang tak terbantahkan oleh siapapun. Beethoven sendiri pernah berujar: “Apabila saya mati, karyaku bakal tetap hidup selama-lamanya”. Maka, Simfoni No. 9, sebagai puncak kekaryaan Beethoven untuk mengantarkan kemangkatannya sendiri, adalah salah-satu bukti oto-ramalan yang saat kami mendengarkannya, kami justru di bawa pada jaman depan. Apakah kami berani memberikan seperti yang dikatakan Beethoven?

3. Orisinalitas

Para komponis besar menciptakan karya tanpa berpikir apakah yang mereka bikin terlampau asli atau KW2. Namun saat dimainkan, kami bakal merasakan perbedaan yang begitu kentara pada satu komponis bersama dengan komponis lainnya. Bartok, Kodaly, Liszt, sama-sama dari Hongaria, tapi dengarkanlah perbedaan gayanya. Haydn, Mozart, Beethoven, lantas dilanjut Schoenberg, Berg, dan Webern, memperlihatkan revolusi besar dari kerja orisinalitas yang independen dan juga pada lantas hari memantik para komponis lain untuk mendapatkan cita-rasa yang khas dari musik-musik yang dibuatnya. Erik Satie dan Debussy menggambarkan “silatan lidah” yang rumus-rumusnya unik dan bakal begitu enteng kami menebak, yang mana Satie, dan yang mana Debussy.

4. Proporsi

Keseimbangan pada ketrampilan teknis, penghayatan, dan hasil karya menjadi penentu yang tak bakal pernah habis dibahas oleh buku-buku analisa musik. Para komponis besar bekerja seperti seperti membuat sebuah proses pengaturan jalan-raya yang meminimalisir kecelakaan lalu-lintas. Apakah mood bisa menjadi alasan dari 600-an karya Mozart yang tetap dilahirkan sepanjang waktu, sampai ia mati pada usia yang relatif muda (30-an tahun). Apa rumus untuk melindungi suatu hal agar tetap seimbang? Kita tak pernah bisa menjawabnya.

5. Jangkauan Bunyi (Frekuensi)

Range dinamika yang luas pada karya-karya Simfoni memperlihatkan bahwa musik seperti sebuah lapisan atmosfir yang satu sama-lain membentuk interaksi sinergis: miliki maksud dan tidak terpisah. Mendengarkan musik klasik bersama dengan pengeras suara yang memiliki kwalitas rendah (penangkapan frekuensinya) tak bakal pernah bisa sukses menangkap semua perihal bunyi dalam karya-karya Simfoni. Maka segeralah ganti speaker Anda, dan dengarkanlah karya-karya musik klasik pada sementara situasi lingkungan tengah hening. Yang mengherankan lagi, manusia bisa memainkannya, dari suara yang begitu lembut, sampai yang menggelegar membuat kaca jendela bergetar. Sekaligus perihal ini bakal bisa melatih kami untuk mendengarkan secara mendalam (deep listening).

6. Keseriusan Berkarya

Kematian yang “tiba-tiba” menjadi ancaman sekaligus tantangan besar bagi para komponis. Bach mengalami kebutaan. Beethoven mengalami ketulian. Satie merenung sendiri di kursi memandangi lautan. Tchaikovsky hanya sampai 53 th. dikarenakan di serang kolera. Berapa lama sementara yang mereka habiskan untuk bekerja dan bekerja secara serius. Bisa menjadi mereka lupa kesehatan, tapi itulah dedikasi mereka. Dedikasi yang benar-benar untuk suatu hal yang abadi. Apakah kami berani mati hanya untuk keabdaian karya kita? Oh pasti saja tidak.

7. Menghibur Sekaligus Mendidik

Karya-karya musik klasik telah pasti menghibur sekaligus mendidik. Tidak mengherankan bahwa dari asumsi kami yang sering kadang rumit akibat suatu hal yang terkategorisasikan dalam bingkai konsepsi, mendadak luluh saat mendengarkan musik klasik yang lembut dan nyaman di telinga. Menghibur dikarenakan sejenak terlepas dari beban, dan edukatif untuk perasaan agar lebih sabar. Musik yang bertahan ratusan dasawarsa telah sendirinya berkata dan berfaedah tanpa dibumbui kalimat berwujud “tujuan dan manfaat” dari musik yang begitu klise terdengar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *